Khalif Al Mu’tashim
1. Khalif yang Kedelapan
Emir Muhammad ibn Harun Al Rasyid naik menjabat khalif yang ke delapan di dalam daulat Abbasiah pada usia 29 tahun dengan panggilannya secara lengkap : Khalif Al Mu’tashim Billah.Panggilan lengkapnya itu bermakna : yang berlindung dengan allah.
Ia wafat dalam usia 38 tahun dan massa pemerintahannya menurut sannat –Hijrah ialah 8 tahun 8 bulan 8 hari dan sewaktu wafatnya,ia meninggalkan 8 putra dan 8 putri. Tersebab itulah ia sering dipanggilkan belakangan oleh ahli – ahli sejarah dengan Al-Mutsammin (sang delapan).ia naik menjabat khilafat mengantikan khalif Al – Makmun. Khalif Al – Makmun itu menjelang wafatnya mencabut hak khilafat dari putranya,Emir Alqasim ibn Abdillah. Menjelang wafatnya ia meninggalkan 2 amanat tertulis kepada penggantinya itu yaitu :
1. Melanjutkan al mihnat yang telah digariskannya dan harus senantiasa memintakan pertimbangan hakim agung Ahmad ibn Abi Daud.
2. Bersikap lunak dan melindungi terhadap keluarga Alawiah.
2. Pemberontakan pihak tentara
Emir Muhammad Ibnu Harun Al Rasyid itu semenjak mudanya seorang militer yang keras memperpenggangi disiplin. Itulah salah satu sebab yang mendorong Khalif Al Makmun memindahkan hak Khilafat dari putranya kepada saudaranya. Khalif Al Mu’tashim sendiri menunggukan hasilnya pada Maskar Induk Pasukan ,wibawa pribadinya sebagai panglima memperlihatkan dirinya sejelas – jelasnya sewaktu berdiri di depan pasukan besar itu.Kaisar Theopilus sendiri amat menunggukan kemelut pada pihak islam seperti biasanya terjadi pada setiap terjadi pergantiaan kekuasaan dimanapun juga.
3. Pemberontakan pihak Alawiah
Pertempuran di Asia kecil telah mereda hingga Khalif Al Mu’mutahim telah beroleh kesempatan untuk pulang kembali ke Baghdad.beban pajak sedemikian berat dipikul rakyat di dalam wilayah – wilayah tersebut yakni semenjak masa pemerintahan Kaisar Nicephorus I ( 802 – 811 M ) dan masa – masa berikutnya.Yaitu tahun 219 H / 834 M pada tahun itu meletus pemberontakan pihak Alawiah dalam wilayah Asia Tengah ( Khurasan ) dibah Pimpinan Emir Muhammad ibn Al Qasim Al Alawi. Silsilah lenkapnya ialah Muhammad Ibnu Al Qasim ibn Umar Ibn Ali Zainul Abidinibn Alhussain ibn Ali ibn Abithalib.
4. Pemberontakan kaum Zott
Pada tahun 219 H / 834 M itu, yang berkelanjutan sampai tahun 220 H /835 M,pecah perusahan kau Zott yang bermula di sekitar Basrah dan kemudian meluas dalam wilayah Irak.Kaum Zott itu kemudian Captain S.F Mahmud di dalam the story of islam cetakan 1960 halaman 99, adalah suku – suku pemgembara dari Indian yang pada dinasti Sanssanids ( 226 – 651 M ) dulu banyak perpindahan dari Indian dan berdiam pada lembah irak, terutama sekitar Basrah .Pada masa Al Makmun pernah berontak, disebut pemberontakan Zangi, tidak meluas dan segera dapat di padami. Tetapi pada masa Khalif Al Mu’tashim merekapun mengorganisir pemberontakan Dan melakukan perusuhan secara luas.
5. Perusuhan Babek Al Kharmi
Babek Al Kharmi Yang melakukan pengacauan dalam wilayah Azarbaijan dan wilayah Tabaristan pada masa pemerintahan khalif Al Makmun berhasil dihalaukan dewasa itu.tetapi pada tahun 220 H / 853 M ia pun bangkit kembali dengan pasukannya dari tempat – tempat persembunyiannya. Kebuasan yang dilakukan sekta ekstrim di dalam lingkungan agama Zarathustra ( Majusi ) itu telah amat melampaui batas – batas tak manusia.sejarah mencatat bahwa Khalif Al Mu’tashim sendiri yang telah bertindak memancungnya sampai mati. Kepalanya dikirim ke khurusan untuk di pertontonkan pada kota – kota yang pernah menderitakan pengacauannya. Sedangkan tubuhnya di pancangkan di Baghdad dan pada tahun 223 H / 838 M barulah di kebumikan pada ibukota yang baru,Sumarra.
6. Membanggun ibu kota Samarra
Semenjak keangkatannya menjabat Khilafah dan disusuli reaksi kalangan tentara pada Eront terdepan di Asia kecil itu telah membangkitkan perasaan yang tidak simpatik di dalam dirinya dan bahkan kecurigaan terhadap kalangan tentara yang ada dan yang umumnya berkebangsaan Arab itu.Dengan kebijaksanaanya itu Khalif Al Mustahim mulai merasakan bagaikan ada api di dalam sekam selama di Baghdad.Dengan begitulah terbukalah sumber kerja dan sumber kehidupan baru bagi karyawan kasar sampai karyawan seni. Ibu kota baru itu diresmikan dan di tempati pada tahun 221 H / 836 M. oleh karena keindahan ibu kota yang baru itupun meresmikan namanya dengan : Sarra man ra – a, bermakna , Rianggem bira siapa menyaksikan. Lambat- laun nama itu di dalam sebutan sehari – hari berobah menjadi : samarra.
7. Serangan Pihak Bizantium
Semenjak kehancuran pasukan dalam pertempuran Heraclea tahun 832 M itu Kaisar Theopilus ( 829 – 842 M ) sudah tidak dapat berbuat apapun.oleh karena itu serangan dari pihak Bulgaria sudah terhenti maka suasana aman itu terdapatlah dipergunakannya bagi menyusun kekuatan tempur yang baru kembali.pada tahun 863 M itupun melancarkan serangan pada seluruh perbatasa asia kecil yang diduduki pihak islam dan tekanan terberat ialah pada perbatasan Irak dan Armenia.sikap tindak didalam seranggan tersebut dilukiskan oleh The Histprians’ history of the world vol. VIII halamn 36 dengan kalimat : “ the emperor theopilus destroys zapetra in his savage war on the moslems”,yakni “Kaisar Theopilus menghancurkan Zapetra di dalam peperangannya yang buas terhadap orang islam “.tentara apa yang dimaksud dengan “ buas “ ( savage war ) oleh buku sekarah terbesar itu, terbitan Encyclopedia Britannica inc, akan dapat dimaklumi dengan memungut apa yang di ungkapkan Muhyeddin Al Khayyat di dalam Tarikhul – Islami Jilid IV halaman 58, berbunyi : “ Fa-Qatalal – Rijala wa-Sabaan-Nisak wal Athfal wa-Sammalal-A’yuna Faqaha bi-Hadidatin Muhamatin wa-Qatha’al-Azana wal-anfa”.bermakna , “ iapun membunuhi para lelaki dan menawan para wanita dan anak –anak,mencukili matanya dengan besipanas dan memotongi telinga dan hidung”.
8. Labbaik ! labbaik !
Muhyeddin Al Khayyat selanjutnya bercerita bahwa diantara wanita – wanita yang mendirikan kebuasan itu termaksud keluarga Hasyimi.perutusan Zapetra yang tiba di ibu kota Samarra menceritakan sekalian tragedi itu. Sewaktu kepala perutusan menceritakan jeritan wanita Hasyimi itu dengan sangaat Dramatis sekali, maka sejarah mencata bahwa Khalif Al Mu’tashim yang tengah memegang piala miniman di tangannya segera menghentakakn piala itu dan menjerit : Labbaik ! Labbaik ! Labbaik ! Labbaik ! Jeitan itu bermakna : saya sambut panggilanmu ! saya sambut panggilanmu !
9. Menghancurkan kota Amorium
Kaisar Theopilus tidak mampu untuk bertahan lama –lama hingga akhirnya terpaksa melakukan perlawananya sambil undur.pada awal tahun 223 H / 838 M berlangsung pertempuran yang sangat menetukan sekali di dasymon, dikenal dengan battle of dasymon,dan Kaisar Theopilus dengan sisa pasukannya terpaksa undur kedalam kota benteng Amorium,yaitu kota kelahiranya di dalam wilayah Galatia.selanjutnya berlansung pengejaran terhadap sisa –sisa pasukan Kaisar Theopilus itu.penyair Abu Tammam yang amat terkenal dalam sejarah kesustaraan Islam yakni Habib ibn Auss Al Thai ( wafat 230 H / 845 M ) yang turutikut dalam serangan balasan yang dilancarkan Khalif Al Mu’tashim.
10. Melanjutnya Al Mihnat
Khalif Al Mutashim adalah seorang militer tetapi karena menhargakan amanat saudaranya Khalif Al Makmun maka Al Mihnat tetap berlangsung pada berbagai wilayah .sekalipun begitu Al Mihnat berlangsung sampai kepada masa wafatnya kepada purtranya yang menggantikannya yaitu Khalif Al Watsiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar