MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM
TENTANG
SEJARAH DAN PEMIKIRAN TOKOH ISLAM TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
OLEH :
ADE WARISKO
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2011
SEJARAH DAN PEMIKIRAN TOKOH ISLAM TENTANG PENDIDIKAN ISLAM (HAMKA, MUHAMMAD NATSIR, DAN MAHMUD YUNUS)
I. Sejarah Dan Pemikiran Buya Hamka Tentang Pendidikan Islam
A. Sejarah Buya Hamka
Buya Hamka lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 16 Februari 1908. Haji Abdul Karim Amarullah (Hamka) pernah menjadi pemimpin pertama MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Semenjak muda beliau banyak aktif di organisasi Muhammadiyah, dan merupakan tokoh yang berpengaruh di organisasi Muhammadiyah.[1]
Beliau hidup dan berkembang dalam struktur masyarakat Minangkabau yang menganut sistem Matrilineal. Beliau menerima dasar-dasar agama dari sang ayah. Oleh sang ayah beliau dibawa ke Padang Panjang untuk mengecap pendidikan disana. Pelaksanaan pendidikan di Padang Panjang masih bersifat tradisional, materi yang diberikan berorientasikan pada pengajian kitab-kitab klasik, seperti; nahwu, sharaf, mantiq, bayan, fiqh (Thawalib Parabek).
Ketika berada di Yogyakarta, beliau juga belajar kepada kepada Ki Bagus Hadikusumo (tafsir), RM Suryo Pranoto (Sosiologi). Beliau banyak mengembangkan ide-ide sehingga terbentuklah pemikiran-pemikiran tentang Islam sebagai suatu yang statis dengan Islam sebagai suatu yang dinamis seperti yang hidup di Yogyakarta.
B. Pemikiran Buya Hamka Tentang Pendidikan Islam
1. Urgensi Pendidikan Bagi Manusia
Menurut Buya Hamka, penyebab terjadinya kemunduran umat Islam di Indonesia adalah banyak disebabkan oleh pada pendidikan yang bersifat tradisional. Disamping itu pendidikan yang diajarkan hanya berupa ilmu-ilmu warisan kaum kafir (Kolonial Belanda).
Setiap manusia memiliki fitrah (potensi) yang dinamis, fitrah manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat kebajikan dan untuk mengabdi kepada sang Khalik. Menurut beliau pendidikan sangat penting bagi manusia untuk membawa ke arah yang lebih baik, sehingga fitrah yang telah diberikan oleh sang Khalik tersebut tidak terbengkalai atau lepas dari nilai-nilai kebajikan.
2. Terminologi Pendidikan Islam
Buya Hamka membedakan makna pendidikan dan pengajaran, menurutnya pendidikan merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk watak, budi pekerti, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Sedangkan pengajaran adalah upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan.[2]
Buya Hamka juga berpendapat bahwa: ”berdasarkan akalnya manusia dapat menciptakan peradaban dengan baik”, fenomena ini dapat dilihat dari sejarah manusia di muka bumi. Disamping itu fungsi pendidikan tidak hanya sebagai proses pengembangan intelektual dan kepribadian peserta didik saja, akan tetapi proses sosialisasi peserta didik dengan lingkungan dimana tempat ia berada.
3. Tugas Dan Tanggung Jawab Pendidik
Menurut Beliau tugas dan tanggung jawab seorang pendidik adalah memantau, mempersiapkan dan menghantarkan peserta didik untuk memiliki pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan bermanfa’at bagi kehidupan masyarakat. Untuk melaksanakan hal ini ada 3 institusi yang bertugas dan bertanggung jawab :
a. Lembaga Pendidikan Informal (Keluarga)
b. Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)
c. Lembaga Pendidikan Non Formal (Masyarakat)
II. Sejarah Dan Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Pendidikan Islam
A. Riwayat Hidup Muhammad Natsir
Muhammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 17 Juli 1908 M. Ibunya bernama Khadijah , ayahnya bernama Muhammad Idris Sutan Saripado. Pendidikan beliau dimulai dari HIS (Holandsch Inlandshe School), dan belajar membaca Al-Qur’an pada malam hari. Pada tahun 1927 beliau bersekolah di AMS (Algemene Middlebare School), Bandung. Selama di Bandung beliau banyak memperdalam dan mengkaji ilmu-ilmu agama dan berguru kepada A Hasan.[3]
B. Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Pendidikan Islam
Muhammad Natsir berbicara tentang komponen Pendidikan;
1. Peran dan fungsi Pendidikan
a. Pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk memimpin dan membimbing agar manusia yang dikenakan sasaran pendidikan dapat mencapai pertumbuhan dan pengembangan rohani secara sempurna
b. Pendidikan harus diarahkan untuk membentuk anak didik yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan dengan mencapai akhlakul karimah
c. Pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk menghasilkan manusia yang jujur dan benar
d. Pendidikan berperan membawa manusia untuk mencapai tujuan hidup
2. Tujuan Pendidikan
“merealisasikan identitas Islam yang pada intinya adalah menghasilkan manusia yang berperilaku Islam, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus dita’ati
3. Dasar Pendidikan
Menurut M. Natsir yang menjadi dasar dari Pendidikan Islam yaitu Tauhid
4. Ideologi dan Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Beliau menggariskan ideologi pendidikan Islam harus bertitik tolak, dan berorientasikan tauhid. Sebagaiman tersimpul dalam Syahadatain.[4]
5. Fungsi Bahasa Asing
Beliau berpendapat bahwa bahasa asing sangat berperan dalam mendukung kemajuan dan kecerdasan bangsa
III. Sejarah Dan Pemikiran Mahmud Yunus Tentang Pendidikan Islam
A. Riwayat Hidup
Beliau dilahirkan pada tanggal 10 Februari 1899 di Batusangkar, Sumatera Barat. Semenjak kecil beliau sudah mempunyai kecendrungan kepada ilmu pengetahuan agama. Ketika berumur 7 tahun beliau menempuh pendidikan Al-Qur’an dibawah bimbingan kakeknya M. Thahir (Tuangku Gadang). Setelah menamatkan pendidikan tersebut beliau menggantikan sang kakek menjadi seorang guru. 2 tahun kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Desa dan kemudian meneruskan ke Madrasah School. Pada tahun 1923 beliau menunaikan ibadah haji, dan belajar ke Mesir di Al-Azhar (1924), dan Dar El Ulum Ulya (Cairo) hingga tahun 1930.
Pada bidang politik beliau juga ikut mempertahankan kemerdekaan RI dan beliau terpilih sebagai penasehat presiden mewakili Majelis Islam Tinggi.
B. Pemikiran Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam
1. Kurikulum
Di bidang kurikulum beliau menawarkan kurikulum pengajaran bahasa arab yang integrated antara satu cabang dengan cabang lainnya dalam bahasa arab yang dipadukan dengan menerapkannya dalam pergaulan sehari-hari
2. Kelembagaan
Beliau merupakan salah seorang yang mempelopori untuk mengubah sistem pendidikan dari yang bercorak individual kepada sistem pendidikan klasikal
3. Metode Pengajaran
Beliau mempunyai perhatian yang sangat besar mengenai hal ini. Beliau memberikan sebuah buku pegangan bagi para guru-guru agama yang berisikan tentang cara mengajarkan agama yang sebaik-baiknya kepada peserta didik sesuai dengan tingkat usia dan pendidikan yang diikutinya. Beliau juga menulis buku yang berjudul “metode khusus pendidikan agama”
KESIMPULAN
Menurut Buya Hamka, penyebab terjadinya kemunduran umat Islam di Indonesia adalah banyak disebabkan oleh pada pendidikan yang bersifat tradisional. Disamping itu pendidikan yang diajarkan hanya berupa ilmu-ilmu warisan kaum kafir (Kolonial Belanda).
Buya Hamka membedakan makna pendidikan dan pengajaran, menurutnya pendidikan merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk watak, budi pekerti, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Sedangkan pengajaran adalah upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan.
Buya Hamka juga berpendapat bahwa: ”berdasarkan akalnya manusia dapat menciptakan peradaban dengan baik”.
Muhammad Natsir berbicara tentang komponen Pendidikan;
1. Peran dan fungsi Pendidikan
2. Tujuan Pendidikan
3. Dasar Pendidikan
4. Ideologi dan Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
5. Fungsi Bahasa Asing
Pemikiran Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam
1. Kurikulum
2. Kelembagaan
3. Metode Pengajaran
DAFTAR PUSTAKA
Muslim, Ramdani.2005. 72 Tokoh Muslim Indonesia. Jakarta : Restu Illahi
Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar