Selasa, 26 Juli 2011

Sejarah Turun Dan Penulisan Al-Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya untuk memahami ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an, kita harus mempelajari, dan memahami sejarah Al-Qur’an itu sendiri.

Nah dalam hal ini penulis akan mencoba mengupas beberapa bahan mengenai sejarah Al-Qur’an, dalam mata kuliah Ulumul Qur'an dibawah bimbingan dosen Toni Markos. M. Ag semester II,  Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Materi yang penulis kupas berjudul "Sejarah Turun, Penulisan dan Kodefikasi Al-Qur'an".
Semoga tulisan ini bermanfa’at bagi kita semua, terutama bagi diri penulis pribadi, dan kita para pencinta ilmu.

2.      RUMUSAN MASALAH
1.      Sejarah Turun, Penulisan dan Kodefikasi Al-Qur’an
a.       Ayat Pertama dan Terakhir Turun
b.      Nuzulul Qur’an
c.       Kuttub Al-Wahyu (Para Penulis Wahyu)
d.      Periode Penulisan Al-Qur’an
e.       Masa Pentadwinan (Pembukuan) Al-Qur’an



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Sejarah Turun, Penulisan dan Kodefikasi Al-Qur’an
A.    Ayat yang Pertama Kali Turun
اقراء باسم ربك الدى خلق, خلق الانسان من علقو اقراء وربك الاكرم, الدى علم بالقلم, علم الانسان مالم يعلم. (العلق:1-5)
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha pemurah yangmengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengaarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.!” (Al-Alaq (96):1-5).
Hal ini didasarkan pada suatu hadits yang bersumber dari Aisyah R.a, yang mengatakan: ”Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah SAW adalah mimpi yang nenar diwaktu tidur, beliau melihat dimimpi itu datangnya bagaikan terangnya pagi hari, kemudian beliau suka menyendiri, beliau pergi kegua hira untuk beribadah selama beberapa malam. Untuk itu beliau membawa bekal, kemudian beliau pulang kepada Khodijah Ra, maka Khodijah pun membekali beliau seperti bekal terdahulu. Digua hira beliau dikejutkan oleh suatu kebenaran, seorang malaikat datang kepada beliau dan mengatakan: “ bacalah!, (Rasulullah menceritakan) maka akupun menjawab:” aku tidak pandai membaca”. Malaikat tersebut kemudian memelukku sehingga akupun merasa sangat payah. Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi ”bacalah”, maka akupun menjawab aku tidak pandai membaca. Lalu dia merangkulku yang kedua kali sampai aku kepayahan, kemudian ia lepaskan lagi kemudian dia berkata lagi: “bacalah” aku menjawab:” aku tidak pandai membaca. Maka dia merangkulku yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian ia berkata;” bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan…...” sampai dengan ….” Apa yang tidak ia ketahuinya”.
Surat al-‘Alaq diturunkan ketika Rasulullah saw berada di gua hira’ , yaitu sebuah gua di Jabal Nur, yang terletak kira-kira 3 mil dari Mekah. malam senin, 17 Ramadhan tahun ke 41 dari usia Rasulullah 13 tahun SH. Bertepatan dengan Juli  610 M. "Pengajaran Dengan Pena" Surat al-‘Alaq 1-5 menjelaskan jawaban gelisah dan kerisauan yang dialami oleh nabi Muhammad SAW melihat realitas jahiliyah Arab yang kesuku-sukuan, menuhankan patung dan berhala serta bermusuh-musuhan. Nabi menepi dan bertahanus di gua hira’ sampai akhirnya turun wahyu. Allah memperkuat hati nabi Muhammmad bahwa hanya kepada Allah SWT manusia bersandar dari segala sesuatu. Allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Pada ayat berikutnya Allah menunjukkan sifat Allah yang maha pemurah. Hanya kepada Allah manusia meminta segala sesuatu. Berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Mulya. "Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam", menujukkan budaya tulis menulis. Al-Quran menunjukkan kemajuan manusia yang dicapai melalui budaya tulis menulis. Kala itu hanya dikenal dengan budaya lisan, berupa syair-syair, namun Allah mengajarkan manusia dengan pena. Suatu lompatan budaya al-Qur’an.

B.     Ayat Yang Terakhir Kali Diturunkan
Ada beberapa pendapat dari para ulama tentang ayat apakah yang paling terakhir turun. Diantara pendapat tersebut adalah :
1.      Ayat mengenai riba, didasarkan pada hadits Bukhari dari Ibnu Abbas yang mengatakan : “Ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat tentang riba”. Maksudnya adalah ayat : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS. 2:278)
2.      Ada yang berpendapat, ayat Alqur'an yang terakhir diturunkan ialah :“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah…” (al-Baqarah : 281). Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan an-Nasa’i dan lain-lain dari Ibnu Abbas dan Said bin Jubair : “Ayat Alqur'an yang terakhir turun ialah : “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah…” (Albaqarah : 281).
Semua pendapat itu tidak disandarkan kepada Nabi. Masing-masing hanya ijtihad dan dugaan. Adapun ayat : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” (al-Maidah : 3) adalah diturunkan di Arafah pada haji Wada’. Secara teks, menunjukkan penyempurnaan kewajiban dan hukum. Oleh karena itu para ulama menyatakan kesempurnaan agama ini di dalam ayat ini. Allah telah mencukupkan nikmat-Nya kepada mereka dengan menempatkan mereka di negeri suci dan membersihkan orang-orang musyrik daripadanya serta menghajikan mereka di rumah suci tanpa disertai oleh seorang musyrikpun, padahal sebelumnya orang-orang musyrik juga haji dengan mereka. Yang demikian termasuk nikmat yang sempurna, “Dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”, Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilani dalam al-Intishar ketika mengomentari berbagai riwayat yang berkaitan dengan masalah ayat terakhir kali diturunkan, mengatakan bahwa pendapat-pendapat ini sama sekali tidak disandarkan kepada Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam.Boleh jadi pendapat itu diucapkan karena ijtihad atau dugaan saja.

C.    Nuzulul Qur'an
Nuzulul Qur’an ada pada bulan Ramadhan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an” (Al-Baqarah:185 ). Dan Allah berfirman, artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” (Al-Qadr :1). Seperti yang telah kita maklumi bahwa Lailatul Qadr itu ada pada bulan Ramadhan yaitu malam yang dimaksudkan dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (Ad-Dukhaan:3 ).
Ayat pertama yang turun merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkisar di seputar nasib manusia, asal usul dan tujuannya. Kapan dan dimana serta peristiwa yang terjadi pada saat ayat pertama dan terakhir diturunkan kepada Muhammad SAW. Para jumhur ulama’ menyebutkan bahwa ayat yang pertama kali turun ialah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Dan karena menyepinya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di gua Hira’ adalah pada bulan Ramadhan, dan kejadian turunnya Jibril as adalah di dalam gua Hira’. Jadi Nuzulul Qur’an ada pada bulan Ramadhan, pada hari Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Hal ini sesuai dengan hadits: “Di dalamya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku” (HR. Muslim). Dalam  hadits lain dikatakan “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku”(HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al-Hakim).

Perlu kiranya kita mempelajari sejarah, sebagai upaya untuk menambah keteguhan iman kita kepada Allah SWT dan kitab Allah berupa al-Qur’an.
 Istilah turunnya al-Qur’an berasal dari kata “nazala, yanzilu nazlan” yang artinya turun. Sedangkan nuzul al-Qur’an adalah turunnya al-Quran kepada nabi Muhammad SAW. Turunnya al-Quran dari atas ke bawah menunjukkan ketinggian kedudukan al-Quran.
Al-Qur’an menurut ahli tafsir ialah kalam allah yang diurunkan kepada nabi Muhammad secara mutawatir. Sedangkan menurut ahli fiqh ialah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, menjadi mukjizat Nabi, lafadznya secara mutawatir yang ditulis dalam mushaf al-Quran diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.  Al-Qur’an membawa perubahan bagi manusia di muka bumi, dan sebagai putunjuk bagi manusia menuju cahaya iman dan Islam.
Peristiwa turunnya Al-Qur`an (Nuzulul Qur`an) yang terjadi pada malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah dan perkembangan Islam. Di saat itulah sosok pemuda terpercaya yang bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib resmi diangkat oleh Allah SWT sebagai nabi dan rasul terakhir akhir zaman. Karenanya, Nuzulul Qur`an dan kenabian Muhammad SAW memiliki hubungan yang erat dimana hubungan tersebut telah mempengaruhi kualitas agama islam dari beberapa segi:
1.      Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi adalah untuk mengejewantahkan Al-Qur'an
2.      Al-Qur’an menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia yang beriman dan bertekad tinggi untuk menghapal. memahami, mengamalkan ayat demi ayat yang terdapat padanya.mereka disebut ulama, hadir dan wafat dengan meninggalkan wasiat agar generasi ulama berikutnya tetap setia belajar, mengajar dan menjabarkan isi Al-Qur`an dan As-Sunnah untuk menjawab persoalan masyarakatnya dan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Konsep-konsep yang dibawa oleh al-Quran selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk mengajak manusia berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan solusi terhadap problema tersebut, dimanapun dan kapanpun mereka berada. Pada kenyataannya, Al-Quran benar-benar menciptakan desain yang dahsyat dalam Bahasa Arab dengan mengubah instrument-instrument teknis pengungkapannya.
Dengan demikian, eksistensi umat Islam sebagai umat yang terbaik tidak diragukan. Dengan bantuan ilmu pengetahuan dan agama, peristiwa Nuzulul Quran yang terjadi beberapa abad yang lalu menjadi sesuatu yang berkesinambungan hingga kini. Masa lalu tidaklah usang dan ia menjadi pendahulu masa kini. Maka, upaya memahami makna Nuzulul Quran pada saat sekarang ini sama sekali tidak menghilangkan makna dan konteks terdahulu, melainkan merangkumnya untuk kemudian diteruskan hingga kini. Ada semacam harapan yang harus terpenuhi dalam menghadapi tantangan global saat ini sebagaimana Rasulullah juga menghadapi tantangan dan ujian yang berat. Setelah melihat konteks Nuzulul Quran, tugas selanjutnya ialah melakukan kontektualisasi ajaran dan pesan yang terkandung dalam peristiwa Nuzulul Quran. Kita harus selalu berdampingan dengan Al-Quran dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatan.untuk memberikan solusi terhadap problem kehidupan.

D.    Kuttub Al – Wahyu (Para Penulis Wahyu)
Sebagai sebuah pedoman hidup, Al-Qur’an dibaca, dipahami, diajarkan, dan diamalkan oleh miliaran penduduk muslim di muka bumi. Ini bukti, bahwa Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat dan peninggalan terbesar Rasulullah Saw. Sejarah awal pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dimulai ketika Rasullullah SAW telah mengangkat para penulis wahyu (kuttâb al-wahy) dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti; Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Mu’az bin Jabal, ‘Ubay bin Ka’ab, dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika ayat turun Rasul memerintahkan mereka menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembar itu membantu penghafalan di dalam hati Zaid bin Tsabit dan sahabat yang lain. Ketika Rasulullah wafat  Al-Qur’an telah dihafal dan tertulis dalam berbagai media seadanya, tetapi Al-Qur’an belum dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyeluruh (lengkap).
Pada masa Khalifah Utsman  bin Affan barulah ayat-ayat itu dibukukan dengan menyalin lembaran-lembaran pertama pada masa Abu Bakar dan menyatukan umat Islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan tetap pada satu huruf, yang dikenal kemudian dengan Mushaf Utsmani. Penyalinan mushaf berkembang terus-menerus dari masa ke masa hingga ke wilayah Nusantara. Sejak abad ke-XVI sampai dengan abad ke-XIX Mushaf Nusantara banyak kita temui, unsur kreativitas lokal sebagai hasil serapan budaya setempat, terlihat dalam corak iluminasi yang sangat beragam dan sangat khas. Kreativitas dan gairah penulisan seni mushaf tumbuh kembali pada akhir abad IXX dimulai dari Mushaf Istiqlal (1991-1995) dalam rangkaian peringatan emas 50 tahun Indonesia. Dilanjutkan penulisan mushaf pesantren; Mushaf Wonosobo (1995), Mushaf Sundawi (1997), Mushaf Hj. Fathimah Soeharto (2000), Mushaf Jakarta (2002), Mushaf Kalimantan Barat (2003), dan Mushaf Banten (2010) dll.
Sebagai Wahyu Allah Swt. yang diterima Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril, Al-Qur’an adalah kitab suci yang sangat sempurna, baik dari segi konteks maupun keindahan bahasanya.

E.     Periode Penulisan Al-Qur'an
Al-Quran diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 Zulhijjah Haji wada`tahun 63 dari kelahiran Nabi atau 10 H Al-Quran turun melalui tiga tahap yaitu:
a.      Al- Quran turun sekaligus dari Allah ke Lauh mahfudh
b.      Al- Quran turun dari lauh mahfudh ke bait Al- izzah (tempat yang berada dilangit dunia )
c.      Al-Quran turun dari bait Al- izzah ke hati Nabi melalui perantara Jibril dengan berangsur-angsur, kadang satu ayat, dua ayat, bahkaan satu surat
Hikmah diturunkan Al-Qur'an secara berangsur - angsur yaitu :
a. Memantapkan Hati Nabi
b. Menentang dan melemahkan para penantang Al-Quran
c. Memudahkan untuk di hafal dan di pahami
d. Mengikuti setiap kejadian ( yang menyebabkan turunnya Al-Quran )
e.Membuktikan bahwa AL-Quran turun dari Allah yang Maha bijaksana
1.      Penulisan Al-Quran Pada Masa Nabi
Pada masa Nabi wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadanya tidak hanya di eksprersikan dalam betuk hafalan tapi juga dalam bentuk tulisan . Sekretaris Pribadi Nabi yang bertugas mencatat wahyu yaitu Abu Bakar, Umar bin Kahtab, Khalid Bin Walid dan Mua`wiyah Bin Abi Sofyan. Mereka menggunakan alat tulis sederhana yaitu lontaran kayu, pelepah kurma., tulang-belulang, dan batu.
Faktor yang mendorong penulisan Al-Quran pada masa Nabi yaitu :
1.      Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para Sahabat
2.      Mempersentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna
2.      Penulisan Al-Quran Pada Masa Khulaurrasyidin
Pada masa Khalifah Abu Bakar beliau memerintahkan untuk mengumpulkan wahyu-wahyu yang tersebar kedalam satu mushaf, Usaha pengumpulan ini dilakukan setelah terjadi perang Yamamah pada 12 H yang telah menggugurkan nyawa 70 orang penghafal Al-Quran. Akibat dari kekhawatiran atas kelestarian Al-Quran, maka dipercayakan Zaid bin tsabit untuk mengumpulkan wahyu tersebut. Usaha pengumpulan tersebut selesai dalam waktu ± 1 tahun yaitu pada 13 H. Kemudian pada masa khalifah Usman bin Affan terjadi perselisihan paham tentang perbedaan cara baca Al-Quran yang sudah berada pada titik yang menyebabkab umat islam saling menyalahkan yang pada akhirnya menyebabkan perselisihan . Akibat peristiwa tersebut , timbul lah inisiatif khaalifah Usman untuk mengumpulkan Al-Quran. Orang yang melakukan resensi Al-Quran adalah ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Alsh dan Abdurrahman bin Al- Harish. Dengan demikian suatu naskah absah Al-Quran yang disebut Mushaf Usmani telah diterapkan dan salinannya dibagi beberapa wilayah utama daerah Islam.
3.      Penyempurnaan Penulisan Al-Quran Setelah Masa Khalifah
Mushaf yang ditulis pada masa khalifah Usman tidak memiliki harakat dan tanda titik, sehingga orang non arab yang memeluk islam merasa kesulitan membaca mushaf tersebut. Oleh karena itu pada masa khalifah Abd Al-Malik ( 685-705 ) dilakukan penyempurnaan oleh dua tokoh berikut :
1.      Ubaidilllah bin ziyad. Melebihkan Alif sebagai pengganti dari huruf yang dibuang
2.      Al-Hajjad bin yusuf Ats- Tsaqafi. Penyempurnaan mushaf Usmani pada sebelas tempat yang memudahkan pembaca mushaf. Orang yang pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf Usmani ; Abu Al-Aswad Ad- Du`Ali , Yahya Bin Ya`Mar, Nashr Bin Asyim Al-Laits. Orang yang pertama kali meletakkan hamzah , tasdid, arrum dan Al-Isyamah adalah ; al-Khalid bin Ahmad Al- Farahidi Al-Azdi.
Proses pencetakan Al-Quran
1.      Pertama kali di cetak di Bundukiyyah pada 1530 M
2.      Hinkalman Hamburg ( Jerman )
3.      Meracci (1698 M) di Paduoe
4.      Maulaya Usman di sain Peter Buorgh, Uni Sovyet ( Label Islami )
5.      Iran pada 1248 H / 1828 kota Taheran
6.      Ta`di Tabriz pada 1833
7.      Ta`di leipez, Jerman pada 1834
F.     Masa Pentadwinan (Pembukuan) Al-Qur'an
1.      Perkembangan dan Pembukuan Ilmu Qira’at
Perjalanan sejarah ilmu qira’at terbagi atas enam fase, yaitu:
a.       Fase pertama masa Nabi. Nabi mengajarkan al-Qur’an kepada sahabat dengan bacaan yang berbeda sesuai dengan apa yang mudah bagi mereka. Para sahabat mendapatkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi dengan bacaan yang beragam. Hal ini menimbulkan perselisihan diantara para sahabat, lalu Nabi menyelesaikan perbedaan itu dengan mengatakan bahwa al-Qur’an di turunkan dengan berbagai macam versi bacaan
b.      Fase kedua terjadi setelah Nabi wafat, yaitu pada masa sahabat dan tabi’in (kebanyakan bermukim di Makkah dan Madinah). Maka setelah Rasulullah wafat para sahabat terpanggil untuk menyebarkan islam ke berbagai pelosok negeri.  Abu Mûsâ Al Asy’ary ke Basyrah. Ibnu Mas’ûd (Khufah). Abû Darda’ (Syam). Mereka mengajarkan al-Qur’an kepada para tabi’in sesuai dengan bacaan yang mereka terima dari Nabi.
c.       Fase ketiga, akhir abad I sampai awal abad II H, yaitu setelah pengajaran qira’at berlangsung sedemikian lama, maka muncullah ulama ahli qira’at dari kalangan tabi’in dan tabi’ al-tabi’in. Seperti di Basrah muncul ulama terkenal Yahya bin Ya’mar (w. 90 H) yang kemudian di kenal sebagai orang pertama yang menulis qira’at.
d.      Fase keempat berlangsung bersamaan dengan masa penulisan berbagai macam ilmu keislaman, seperti ilmu hadis, tafsir, tarikh dan lain sebagainya, yaitu sekitar permulaan abad II H.
e.       Fase Pembukuan Qira’at Sab’ah. Pada peringkat awal pembukuan ilmu qira’ at yang dirintis oleh Abû ‘Ubaid al-Qâsim bin Sallâm dan para imam tersebut di atas, istilah qira’at tujuh belum dikenal. Pada masa ini, mereka hanya mengangkat sejumlah qira’at yang banyak ke dalam karangan-karangannya. Barulah pada permulaan abad II H orang mulai tertarik kepada qira’at atau bacaan beberapa imam yang mereka kenali. Umpamanya di Basrah orang tertarik pada qira’at Abû ‘Amr (w. 154 H) dan Ya’qûb (w. 205 H), di Kufah orang tertarik pada bacaan Hamzah ( w. 156 H) dan ‘Âsim (w. 127 H), di Syam orang memilih qira’at Ibn ‘Âmir (w. 118 H), di Mekah mereka memilih qira’at Ibn Katsîr (w. 120 H), dan di Madinah memilih qira’at Nâfi’ (w. 199
f.       Di penghujung abad ketiga Hijrah, barulah Ibn Mujâhid (w. 325 H) mencetuskan istilah Qira’at Sab’ah atau Qira’at Tujuh, yaitu tujuh macam qira’at yang dipopulerkan oleh tujuh imam qira’at tersebut di atas dengan menetapkan nama al-Kisâ’i (w. 189 H), salah seorang ahli qira’at dari Kufah.
Langkah yang ditempuh generasi penerus ini ialah memperhatikan siapa di antara ahli qira’at itu yang lebih populer kredibilitas dan amanahnya, lamanya waktu dalam menekuni qira’at dan adanya kesepakatan untuk diambil serta dikembangkan qira’atnya. Kemudian dari setiap negeri dipilihlah seorang imam, tanpa mengabaikan periwayat selain tujuh imam qira’at tersebut, seperti qira’at Ya’qûb, Abû Ja’far, Syaibah dan lain-lain.  
g.      Fase Pengukuhan Qira’at Sab’ah berlangsung setelah kemunculan kitab Al-Sab’ah karya Ibn Mujahid. Fase ini menjadi fase yang berpenting dalam sejarah penulisan ilmu qira’at.
2.      Perkembangan Qiraat Sab’ah Di Indonesia
Ulama yang memprakasai masuknya ilmu Qiraat di Indonesia salah satu diantaranya adalah Syaikh Muhammad Munawir bin Abdullah Rasyid dari Krapyak Yogyakarta. Syaikh Munawir mempelajari ilmu qiraat dari Hijaz. Kemudian mengajarkan kepada murid-muridnya. Salah satu muridnya yaitu Syaikh Arwani Amin dari Kudus, yang kemudian menyusun buku tentang qiraat sab’ah yaitu “Faid al-Barâkât fî Sab’i Qirâ’ât”. Buku ini telah masyhur di kalangan pesantren-pesantren Indonesia yang mempelajari Qira’at Sab’ah. Kemudian pada periode berikutnya , yaitu pada dekade 70-an muncul Institut pendidikan di Jakarta yaitu PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) dan IIQ (Institut Ilmu Al-Qur’an) yang khusus mengajarkan ‘Ulumul Qur’an, termasuk di dalamnya ilmu Qira’at.

BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Ayat yang pertama kali diturunkan adalah:
اقراء باسم ربك الدى خلق, خلق الانسان من علقو اقراء وربك الاكرم, الدى علم بالقلم, علم الانسان مالم يعلم. (العلق:1-5)
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha  pemurah yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengaarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.!” (Al-Alaq (96):1-5).
Hal ini didasarkan pada suatu hadits yang bersumber dari Aisyah R.a, seperti yang telah diterangkan pada pembahasan disebelah. Melalui surat Al-Alaq ini Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad SAW khususnya, kita umat Islam pada umumnya bahwa Al-Qur’an menunjukkan kemajuan manusia dapat dicapai melalui budaya tulis menulis yang  kala itu hanya dikenal dengan budaya lisan, berupa syair-syair, namun Allah mengajarkan manusia dengan pena. Suatu lompatan budaya al-Qur’an.
Adapun ayat : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” (al-Maidah : 3) yang diturunkan di Arafah pada haji Wada’, merupakan ayat yang terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Secara teks, menunjukkan penyempurnaan kewajiban dan hukum. Oleh karena itu para ulama menyatakan kesempurnaan agama ini di dalam ayat ini.
Nuzulul Qur’an ada pada bulan Ramadhan, pada hari Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Hal ini sesuai dengan hadits: “Di dalamya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku” (HR. Muslim). Dalam  hadits lain dikatakan “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku”(HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al-Hakim). Perlu kiranya kita mempelajari sejarah, sebagai upaya untuk menambah keteguhan iman kita kepada Allah SWT dan kitab Allah berupa al-Qur’an. Karenanya, Nuzulul Qur`an dan kenabian Muhammad SAW memiliki hubungan yang erat dimana hubungan tersebut telah mempengaruhi kualitas agama islam dari beberapa segi:
1.      Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi adalah untuk mengejewantahkan Al-Qur'an
2.      Al-Qur’an menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia yang beriman dan bertekad tinggi untuk menghapal. memahami, mengamalkan ayat demi ayat yang terdapat padanya.
Sejarah awal pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dimulai ketika Rasullullah SAW telah mengangkat para penulis wahyu (kuttâb al-wahy) dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti; Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Mu’az bin Jabal, ‘Ubay bin Ka’ab, dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika ayat turun Rasul memerintahkan mereka menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembar itu membantu penghafalan di dalam hati Zaid bin Tsabit dan sahabat yang lain. Ketika Rasulullah wafat  Al-Qur’an telah dihafal dan tertulis dalam berbagai media seadanya, tetapi Al-Qur’an belum dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyeluruh (lengkap).
Al-Quran diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 Zulhijjah Haji wada`tahun 63 dari kelahiran Nabi atau 10 H Al-Quran turun melalui tiga tahap yaitu:
d.      Al- Quran turun sekaligus dari Allah ke Lauh mahfudh
e.      Al- Quran turun dari lauh mahfudh ke bait Al- izzah (tempat yang berada dilangit dunia )
f.       Al-Quran turun dari bait Al- izzah ke hati Nabi melalui perantara Jibril dengan berangsur-angsur, kadang satu ayat, dua ayat, bahkaan satu surat
Pada masa Khalifah Abu Bakar beliau memerintahkan untuk mengumpulkan wahyu-wahyu yang tersebar kedalam satu mushaf, dan pada masa khalifah Usman Bin Affan lah akhirnya naskah absah Al-Quran yang disebut Mushaf Usmani berhasil dibuat dan salinannya disebarkan ke daerah-daerah. Akhirnya pada masa khalifah Abd Al-Malik ( 685-705 ), dilakukan penyempurnaan terhadap Al-Qur’an.
Proses pencetakan Al-Quran
1.      Pertama kali di cetak di Bundukiyyah pada 1530 M
2.      Hinkalman Hamburg ( Jerman )
3.      Meracci (1698 M) di Paduoe
4.      Maulaya Usman di sain Peter Buorgh, Uni Sovyet ( Label Islami )
5.      Iran pada 1248 H / 1828 kota Taheran

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. 2004. Ulumul Quran . Pustaka Setia. Bandung
http://mursalinpintar.blogspot.com/2009/07/sejarah-turun-dan-penulisan-al-quran.html
http://blognyaimut.blogspot.com/2010/05/perkembangan-ilmu-qiraat-masa.html
http://tausyiah275.blogsome.com/2007/09/27/nuzulul-quran-sebagai-peringatan-atau-pelajaran
http://pandidikan.blogspot.com/2010/05/ayat-pertama-dan-terakhir-turun.html
http://mushafbabakan.net/mushaf
Mudzakir, As. 2006. Studi Ilmu-Ilmu Al-qur’an. Citra AntarNusa. Jakarta
Subhi, Al- Shalih.1990. Mabahis Fi Uluimil Quran. Tim Pustaka. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar